Dear Wifey,
Perlahan aku mulai menikmati rutinitas yang sering kita lakukan setiap pagi. Baik pagi Singapura atau pun Ilmenau. Saat wifey selalu tak sabar menunggu pukul 10 malam. Dalam tidur aku pun tak sabar menunggu pukul 4 pagi. Di saat suara ringtone skype berbunyi dari laptop yang menyala terus. Sengantuk-ngantuknya dan selemas-lemasnya badan, aku akan melompat dari kasur hanya untuk mengangkat video call dan bisa memandangi wajah istriku yang sangat cantik. Kita pun ngobrol-ngobrol sejenak, sedikit bercanda-canda dan menggoda-goda. Setelah kantuk cukup hilang, aku pergi wudhu. Rutinitas berikutnya adalah shalat hajat dan tahajud. Setiap selesai shalat tersebut aku pun berdoa banyak hal dengan sangat khusyu. Setelah berdoa menyempatkan mengaji sebentar. Setelah mengaji aku terkadang makan dan setelahnya aku menulis surat kangen pada istriku seperti saat ini.
Dear wifey, aku sedih saat gagal mendapat beasiswa. Sejujurnya aku juga sangat sedih ketika wifey harus berangkat ke Jerman. Aku bahkan sempat merasa tak sanggup untuk tinggal berjauhan dengan istri yang baru saja aku nikahi. Seorang wanita yang ingin aku muliakan dunia dan akhiratnya. Namun perlahan aku mulai merasakan hikmah dari semua ketetapan Allah ini. Yang paling terutama, aku tiba-tiba merasa sangat dekat dengan Allah. Shalatnya lebih khusyu dan agak lama, setiap shalat hampir tak pernah absen zikir dan berdoa. Barangkali Allah ingin melatih aku untuk selalu dekat denganNya melalui cara menunda hal yang aku inginkan dan justru mengganti dengan hal yang aku butuhkan. Menunda permohonanku untuk dikabulkan pada waktu yang jauh-jauh lebih tepat dengan nilai yang jauh-jauh lebih indah dan besar. Sehingga dengan pembiasaan ini kelak ketika pun permohonan aku dijawab, aku akan tetap terbiasa dekat dengan Allah, tetap terbiasa shalat dengan khusyu dan tak pernah berhenti berdoa dengan penuh harap. Hal ini serupa dengan hikmah bahwa dengan kita harus tinggal berjauhan sementara waktu, kita akan berlatih untuk saling mencintai dengan rasa cinta yang besar sehingga ketika kelak kita tak jauh lagi, kita akan terus terbiasa untuk mencintai dengan rasa cinta yang tetap besar.
Dear wifey, saat kita nanti berkumpul lagi, aku ingin tetap terus menjaga rutinitas tersebut. Semoga bisa selalu mendapat hidayah untuk selalu shalat malam, shalat secara khusyu, berdoa dengan penuh harap, rajin berpuasa, rajin membaca, menghafal dan mengamalkan Al Quran. Serta tak lupa sesekali akan terus mengirimimu surat-surat cinta. Aku ingin melakukan itu semua bersama istriku. Untuk selamanya. Dari muda, hingga tak muda lagi. Dari hanya kita berdua, hingga berlima atau bertujuh nanti dengan anak-anak kita.
Dear wifey, pagi ini sambil mengetik aku memandangi wajah ayumu yang tertidur sangat lelap sekali dari kamera skype. Aku sangat merindukanmu. Ingin memelukmu lama, menciumi dahi dan pipimu yang lembut. Membaui aroma tubuhmu yang selalu menikmatkan. Melalui sinyal wifi, menyambung ke kabel highspeed internet yang terhubung dengan koneksi fiber optik, salam rinduku aku kirim pada gadis berselimut yang tertidur sangat lelap. Aku tak sabar untuk bisa segera menyusulmu. Dan kita akan selalu melakukan banyak hal bersama, belajar bersama, bercanda bersama, beribadah bersama, selamanya.
Tunggu aku di Ilmenau saat musim dingin di bulan September. Di sana kita akan terus menikmati rutinitas kita bersama. Semoga kita tak pernah bosan untuk terus belajar dan beribadah.
PS: I love you
No comments:
Post a Comment