Pages

Wednesday, April 25, 2012

Dear wifey - Bus Lover 2

Dear bunda,

Baru saja aku naik 67. Salah satu yang aku suka dari bus ini adalah frekuensinya yang sangat tinggi. Terkadang saat peak time, dalam kurang 5 menit sudah datang bus berikutnya.

Pertama kali tiba di Singapura, hatiku galau tak tertahankan. Di satu sisi aku bahagia bisa mendapat ladang nafkah untuk menutup biaya pernikahan kita yang kita impikan sederhana namun jadi pesta besar juga. Di sisi lain aku sedih harus berpisah dengan istri yang baru saja aku nikahi. Meski kemudian rata-rata dua minggu sekali aku pulang ke Jakarta untuk bertemu kamu aku tetap merasa kita tak punya cukup waktu bersama. Bahkan sesudah bunda tinggal sebulan kurang di Singapura pun. Apalagi sekarang bunda sangat jauh sekali.

Pertama tiba di Changi aku dijemput oleh supir India. Pada waktu itu adalah kedua kalinya aku mendarat di Changi. Jadi tidak terlalu bingung. Seminggu pertama aku tinggal di sebuah hotel di daerah East Cost. Nama hotelnya Le Peranakan. Dari hotel ke kantor aku cukup satu kali naik bus. Bus 32 atau 40.

Aku sempat menegosiasi agar mendapat perpanjangan jatah hotel sebab aku belum mendapat akomodasi juga setelah hampir satu minggu kerja. Namun gagal. Begitulah agensi. Berusaha memeras employee sekering-keringnya padahal dapat dipastikan ia mendapat fee yang besar dari client tempat aku dipekerjakan.

Puji syukur aku pada Allah, dengan menikahi bunda aku mendapat jalur pertemanan luar biasa. Terutama dengan alumni TN. Sabtu pertama aku tinggal di Singapura aku mengunjungi Hamid di Choa Chu Kang. Di sana aku juga berkenalan dengan Feri, Was dan Yoso. Akhirnya dari kunjungan tersebut aku meminta ijin untuk numpang selama belum mendapat akomodasi. Padahal alasan tepatnya (yang tak aku sampaikan) aku tak punya cukup uang untuk menyewa kamar sendiri sebab masih harus melunasi cicilan kartu kredit untuk prantal printil.pernikahan yang bahkan masih belum lunas juga hingga hari ini. Alhamdulillah teman-teman Choa Chu Kang sangat menyambut. Keesokan harinya setelah checkout dari hotel aku langsung ke Choa Chu Kang. Aku masih cukup ingat menggeret-geret koper merah besar bunda saat pindahan waktu itu. Aku masih tak terpikir naik taksi sebab pada waktu itu masih tak punya uang. Sesampai di Choa Chu Kang setelah naik turun bus dan pindah MRT ke MRT aku jalan sekitar 500 meter ke apartmen teman-teman. Bodohnya pada waktu itu aku malah lewat jalan yang mengharuskan aku naik jembatan penyebrangan. Jadi.aku harus memanggul koper nyaris 30 Kg naik turun jembatan penyebrangan. Akhirnya aku sampai.di apartemen dengan baju basah keringat serta tangan dan pinggang yang sakit. Aku masih ingat juga, hari ketika aku pindah ke Choa Chu Kang adalah hari ketika bunda pertama kali marah padaku. Sedih sekali pada waktu itu. Namun lucunya keesokan harinya malah aku yang pundung.

Seminggu pertama di Choa Chu Kang aku naik bus. Bus 67 sekali naik bisa sampai di kantor. Cho Chu Kang ke Technopark jika di peta kira-kira berjalak 40 Km. Kira-kira sama dengan Jakarta Bogor. Meski sebenarnya jauh aku tak punya pilihan pada waktu itu. Hari pertama di Choa Chu Kang aku berangkat jam 6.30. Baru sampai dibkantor sekitar 8.30 lewat. Jadi lebih dari 2 jam perjalanan. Sepanjang jalan biasanya aku duduk di bus gandeng paling belakang sambil tertidur. Biasa terbangun saat sampai daerah Little India ketika beberapa orang India yang (maaf) bau badannya menyengat membuatku terbangun. Aku tertidur lagi dan biasa bangun.ketika bus sampai kembangan.

Pulangnya serupa. Satu dua bulan.pertama bekerja hampir selalu pulang jam 6. Namun aku akan sampai Choa Chu Kang secepatnya jam 8.30 atau 9.30 malam. Dua minggu setelah itu aku tukar strategi dan memutuskan naik MRT. Lumayan bisa menghemat lama perjalanan menjadi 90 menit meski harus naik turun dan berdiri karena penuh. Dari Choa Chu Kang aku naik Red line sampai Jurong East dan transfer ke green line turun di Kembangan lalu transfer ke bus. Terkadang agak heran juga bagaimana dulu bisa kuat seperti itu. Alhamdulillah hidup selalu indah.

Bunda sayang bus 67 hampir sampai. Kita sambung ceritanya lagi nanti ya.

Bunda aku kangen kamu banget. Ingin bisa tinggal sama-sama. Meski aku sadar sekarang pun aku belum punya rumah. Tunggu aku di Ilmenau pada bulan September. Semoga Allah berkenan memberi.kita kesempatan menuntut ilmu bersama-sama.

PS: I love you

No comments:

Post a Comment