Pages

Saturday, March 31, 2012

Dear Wifey - Auf Wiedersehen The Rivervale

Auf Wiedersehen

Dibacanya awf viderseyen. Sedikit-sedikit aku sudah bisa membaca kata-kata Jerman. W dibaca v (bukan pe ya :p). H dibaca y. Arti kata tersebut adalah selamat tinggal, sampai jumpa lagi. Dan kemarin hubby mengucapkan selamat tinggal dengan condo pertama kita. Dislaimer: surat kali ini agak panjang. Semoga wifey tak bosan membacanya.

Orang baik selalu mendapat banyak kemudahan dari Allah. Contohnya wifey. Beberapa hari menjelang kita menikah di Januari lalu aku bingung bukan kepalang. Pertama karena sewa apartemen teman-teman TN di Choa Chu Kang akan habis bulan Januari. Artinya sebelum aku pulang cuti menikah aku harus mencari apartemen. Kedua aku memang harus mencari tempat tinggal baru karena wifey akan datang di bulan Februari. Ketiga aku benar-benar tidak punya cash yang cukup. Tempat tinggal yang nyaman, privat dan strategis biasanya harganya tak masuk akal. Bahkan dibandingkan dengan di Eropa sekali pun.

Setelah beberapa kali hunting dan viewing tempat pun kebanyakan berujung ketidakcocokan. Entah karena harganya yang mahal atau tempatnya yang tidak nyaman. Setengah pasrah di suatu hari Jumat seminggu menjelang aku pulang ke Jakarta, aku Shalat Maghrib di Mesjid Mydin. Aku berdoa agar bisa menemukan tempat tinggal yang nyaman terutama selama istri aku tinggal di Singapura. Doa tersebut dijawab instan ba'da shalat. Sambil berjalan ke MRT kembangan aku browsing craiglist di handphone dan menemukan postingan iklan The Rivervale yang dipasang Keshav, orang yang akhirnya menjadi room mate kita selama 2 bulan. Kami pun saling sms dan akhirnya kami sepakat untuk viewing keesokan harinya.

Hari Sabtu aku berangkat dengan penuh semangat dari Choa Chu Kang. Setelah sampai Rivervale langsung bicara dengan security mau viewing kamar. Akhirnya aku masuk setelah sedikit berputar-putar nyasar. Bertemu Keshav. Lihat-lihat kamarnya, kamar mandi, dapur dan sekeliling condo. Kami pun sempat mengobrol-ngobrol cukup lama. Mengenai rencana resepsi nikah kita kemudian rencana wifey berangkat ke Jerman. Harga yang diberikan condo ini sangat layak. Akhirnya aku putuskan untuk deal untuk menyewa dengan kontrak 6 bulan. Kami juga sepakat untuk bertemu dengan owner condo keesokan harinya. Aku pulang ke Choa Chu Kang dengan sangat riang sore itu.

Namun malam hari tiba-tiba Keshav menelepon dan membatalkan sepihak kesepakatan kami. Alasannya adalah Shubhra mendapat kerja di Singapura dan kamar yang akan kita sewa akan ditempati ia di bulan Maret. Kabar tersebut tentunya sangat tidak mengenakan sebab aku sudah tidak punya rencana backup lain. Aku juga sudah mencancel satu viewing apartemen di Bedok. Namun pada waktu itu aku hanya pasrah serta ikhals. Aku selalu percaya ada hikmah indah di setiap rencana Allah. Menariknya selang 15 menit Keshav menelopon lagi. Akhirnya dia menawarkan offer untuk menyewa 2 bulan saja yang mengakomodasi selama wifey ada di Singapura. Jadi ketika Shubhra datang ia akan tinggal dulu sekamar dengan Rahul. Tentu saja justru tawaran ini sangat menguntungkan kita. Aku pun juga tak perlu bertemu dengan Mr. Lee owner condo. Orang baik selalu mendapat kemudahan dari Allah, itulah wifey dengan rejekinya.

Beberapa hari kemudian aku memutuskan menaruh koper dan semua barang-barang aku di Rivervale. Sebab sepulang dari Indonesia kemungkinan apartemen Choa Chu Kang sudah kosong. Aku masih ingat saat itu datang sekitar jam 8 mama. Membawa koper merah wifey yang cukup berat. Aku turun di stasiun MRT Buangkok dan lari-lari (aku selalu senang berlari) menggeret koper karena takut terlambat dengan janji yang sudah dibuat. Dengan penuh peluh aku sampai di Condo. Mengobrol-ngobrol lagi sejenak dan setelah Keshav memberikan kunci aku langsung pamit pulang lagi.

Singkat cerita aku pulang ke Indonesia untuk resepsi pernikahan kita. Kita menghabiskan waktu-waktu indah yang tak akan terlupa sepanjang resepsi, bulan madu di Malang, pergi ke Padang dan menginap semalam di Jonggol. Akhir Januari akhirnya aku kembali ke Singapura. Sepulang kantor aku langsung pulang ke Rivervale. Ada cerita menarik di sini. Ketika sampai Condo, semua sangat gelap. Tidak ada seorang pun. Koper merah aku memang sudah dimasukan ke kamar kita. Tiba-tiba aku merasa takut, bagaimana jika aku ditipu. Aku memang sudah transfer uang sewa ke Keshav. Namun aku tidak menandatangani dokumen apa pun. Lalu aku juga langsung memikirkan wifey. Saat itu aku belum terlalu mengenal Keshav dan belum bertemu dengan Rahul. Aku langsung khawatir keselamatan wifey jika kelak tinggal di sini dengan orang-orang asing. Aku pun beristighfar pelan sambil kemudian menelepon Keshav. Ternyata ia masih di kantor. Aku pun membongkar barang di kamar. Saat keluar kamar aku bertemu dengan Rahul yang baru sampai. Aku juga bertemu dengan Shubhra yang kebetulan datang berkunjung. Malam itu aku tidur kelelahan tanpa bantal. Seprai wifey aku gulung-gulung dijadikan bantal.

***

Salah satu hari terindah selama aku di Singapura adalah ketika aku menjemput wifey di Changi. Kebahagianku naik menjadi 2000 persen di hari itu. Aku masih ingat sangat jelas saat pertama kali berdadah-dadah dengan wifey di Belt 21 tempat wifey mengambil bagasi. Kita makan burger king, wifey belajar memakai EZ link dan ngobrol panjang lebar di perjalanan ke rumah pertama kita.

Rivervale akan selalu menjadi kenangan indah. Inilah rumah pertama kita sejak menikah. Rumah di mana kita melakukan semuanya bersama-sama. Tidur, bangun, makan, shalat, bercanda dan bahkan mandi. Aku akan selalu mengingat tumpukan buku yang telah dirapihkan wifey di rak buku kita. Aku selalu tersenyum geli mengingat cerita wifey yang pusing melihat susunan buku naik turun. Aku akan selalu mengenang momen kita mencuci piring berdua. Aku tidak akan pernah lupa bahagianya bercanda-canda di kamar mandi kita. Melihat vending machine minuman di bawah reading room juga selalu membuat aku tersenyum mengingat beberapa kali kita sering kehausan dan membeli lemon tea di situ. Melihat kolam renang membuat aku selalu mengingat gadis berbaju renang hijau yang menutup seluruh tubuhnya dengan cantik. Melihat ruang TV aku tak akan pernah lupa kita sering makan di situ sambil menonton. Atau kita juga pernah semalaman mengobrol menyelesaikan surat motivasi kau di sana. Aku juga akan selalu mengingat bahwa selalu berat rasanya berangkat bekerja di pagi hari sebab aku harus meninggalkan wifey di rumah. Adalah pemandangan yang sangat indah saat aku melihat wifey dari jendela ruang tengah melambaikan tangan. Aku juga selalu bersemangat tak terkira setiap setelah jam kantor. Setiap hari aku selalu berlari ke halte bus untuk memastikan bisa sesegera mungkin bertemu wifey.

Oleh karena itu saat wifey akhirnya pulang ke Jakarta, aku diserang rasa kesepian yang sangat dahsyat. Aku sebenarnya tak mau bercerita ini, namun semoga ini bisa menjadi bukti cinta besar aku pada wifey, yang Insya Allah selalu semoga terpelihara selamanya. Sepulang mengantar wifey, mimo dan adek ke Changi aku merasa seperti kehilangan hidup. Di setiap kondisi terdalam aku jatuh, shalat adalah pelarian aku. Dari airport aku turun di MRT Kembangan dan berjalan ke Mydin untuk Shalat Maghrib. Aku tak berani langsung pulang. Sebab di setiap sudut condo di rivervale aku melihat wifey. Setelah shalat aku berdoa panjang. Aku merasakan pipi aku hangat dan mataku menjadi sembab. Air dari mata mengalir ke pipi dan berjatuhan dari dagu. Aku menangis sambil berdoa. Salah satu tangis terdalam yang pernah aku rasakan.

Aku harap wifey semangat terus untuk kuliah dan ibadahnya di Jerman. Belajar itu adalah ibadah kan? Biarkan potongan-potongan cerita di atas sebagai fragmen kenangan indah di masa lalu yang akan terus menguatkan cinta kita di masa depan. Semoga itu semua menjadi penyemangat untuk wifey fokus belajar.

Kemarin aku pun meninggalkan condo penuh kenangan itu. Melewati punggol park dan akhirnya meninggalkan Hougang.

Aku mungkin tak pandai menulis puisi layaknya wifey. Namun ijinkanlah aku menulis sesuatu.

***** * * *Suatu bulan di Rivervale* * * Di setiap sudutnya aku melihat kamu Dengan senyuman manis dan harum nafas yang nyaman Dan di balik jendela ruang tengah itu pernah ada pemandangan terindah Seorang istri ayu yang selalu melambaikan tangan saat ku pergi

Sore adalah waktu berlari sekencangnya ke Rivervale Saat istriku menanti dengan pelukan terhangat Dan masakan ternikmat

Di dalam kamarnya selalu terpanjatkan doa-doa yang panjang Oleh istri untukku Oleh aku untuk istriku Tak pernah putus

Rivervale pun telah ditinggalkan Namun akan selalu teringat dalam hati terdalam Semua cerita indahnya Tunggulah aku di sebuah kota di Eropa di bulan September Di mana kita akan sama-sama menuntut ilmu Dan sesekali berbagi kisah indahnya masa di Rivervale Auf Wiedersehen, The Rivervale

***

PS: I love you

Friday, March 30, 2012

Dear Wifey - Hujan

Dear wifey sayang, hari ini tepat seminggu sejak wifey berangkat. Sedikit mengulang mengenai relativitas waktu yang kita bahas kemarin, seminggu ini mungkin seminggu terlama dalam hidupku. Agak gamang juga apakah aku akan sanggup menghadapi minggu-minggu ke depan tanpa wifey? Tentu saja Insya Allah aku harus sanggup dan sabar. Aku tak akan pernah berhenti percaya Allah punya skenario yang sangat indah untuk kita. Aku ingin selalu percaya karena Allah akan selalu mengikuti sangkaan hamba-hambanya.

Kemarin saat berangkat shalat Jumat, hujan turun dengan sangat deras disertai angin yang sangat kencang. Alhamdulillah tak sedikit pun berkurang niatan aku untuk shalat Jumat. Dengan berpayung merah dan bergulung celana, aku berjalan menembus hujan. Jalurnya adalah jalan yang kita lalui saat pertama kali wifey menjemput hubby ke kantor dan kita berdua jalan ke mesjid Mydin di jalan lapang. Alhamdulillah, di jalan ada sedan mengklakson dan memberi tumpangan hingga sampai mesjid.

Hujan selalu membawa romantisme tersendiri. Secara fisika, hujan adalah awan yang turun ke bumi menjadi air. Namun manusia menginterpretasikan kejadian alam tersebut bermacam-macam. Ada yang bahagia karena menilai hujan itu rejeki. Ada yang misuh-misuh karena hujan akan membawa banjir (genangan kata F*ckzy Bowo) yang kemudian akan membuat macet tak terkira meski hujannya kecil (biasanya di Jakarta kota yang juga banyak meninggalkan kenangan indah bagi kita). Hujan pun akan banyak dikecam ibu-ibu yang punya banyak cucian belum kering. Namun hujan justru terkadang disambut oleh suami-suami bahagia yang kebetulan ada di rumah bersama istrinya, sebab pasangan ini bisa bermesraan bersama dan berpelukan sambil memandangi hujan yang turun di luar jendela. Bagi aku hujan selalu berarti romantisme.

Dear wifey, ada suatu masa saat aku mulai sering berkunjung ke tempat wifey sebelum kita menikah, aku terperangkap hujan. Sepulang kantor seperti biasa dengan semangat menggebu aku meluncur ke rumah wifey di tanah kusir dengan si merah. Namun naas, di tengah jalan hujan turun. Awalnya gerimis, aku memaksakan terus berjalan. Hujan menderas, aku berhenti berteduh di emperan toko. Pada hari itu aku khilaf membawa mantel. Hujan sedikit mereda aku kembali meluncur. Dekat gandaria city jalanan macet sekali dan tiba-tiba hujan menderas kembali seperti air yang ditumpah-tumpahkan dari langit. Akhirnya aku menyerah dan berteduh di halte seberang ganci. Berhubung tempat duduk halte basah semua dan banyak langit-langit halte yang bocor aku pun nangkring seperti burung perkutut di salah satu spot di halte itu sambil menahan rindu untuk bisa bertemu dengan wifey saat itu. Hampir satu jam aku menunggu hingga aku pun menerobos hujan kembali. Sesampai tanah kusir wifey langsung sangat khawatir dan memintaku mengganti baju. Malam itu kita makan orak-arik buatan wifey bersama. Salah satu makanan terenak yang pernah aku makan. Dari situ juga semakin tumbuh rasa-rasa cinta di dada aku pada calon istri aku.

Dear wifey, momen romantis lain dari hujan adalah saat bulan madu kita yang singkat. Terkadang sering tersenyum namun sambil ingin menitikan air mata di saat bersamaan mengingat momen berburu baso bakar yang pernah kita lakukan di Batu, Malang. Sampai sekarang aku sering merasa menjadi suami terbodoh sedunia yang mengajak istrinya yang sedang kurang enak badan berhujan-hujan dan beranging-angin di tengah malam. Hujan cukup deras pada waktu itu. Kita pun sempat berteduh di emperan toko kemudian berputar-putar jalan karena tersasar. Pada akhirnya kita menemukan stall baso tersebut. Hujan kembali turun dengan deras. Aku merasa itu adalah salah satu momen ketika aku benar-benar merasa dekat dengan wifey. Wifey adalah sosok istri yang jauh jauh lebih sempurna dari yang aku harapkan. Wifey tak pernah banyak menuntut, wifey tidak suka mengeluh, wifey selalu sabar dan wifey selalu lembut. Maka dari itu benar adanya ketika semalam aku bercerita aku tidak akan mau menerima jika pun Allah menawarkan menukar wifey dengan 1000 bidadari, sebab wifey memiliki segala hal dan karakter yang tak tergantikan oleh bidadari sekalipun. Wifey adalah bidadariku.

Dini hari tadi waktu Singapura saat kita skype, hujan turun dengan sangat deras. Aku pun merasa sangat rindu wifey. Ingin memelukmu dengan lembut dan bercerita banyak hal. Tunggu aku di salah satu tempat di Eropa beberapa bulan dari sekarang di mana kita akan duduk berdua di dalam kamar sambil berpelukan erat dan memandangi hujan yang mungkin turun dari balik jendela.

PS: I love you

Thursday, March 29, 2012

Dear Wifey - Cerita Tentang Relativitas

Dear wifey,

Percakapan singkat kita di telepon barusan memberi sebuah cerita yang (semoga) menarik untuk dibahas. Hubby tidak bohong, seminggu ini waktu berjalan dengan sangat lambat. Setiap hubby melihat kalendar masih saja bulan Maret. Setiap melihat jam entah kenapa selepas wifey berangkat jam seperti segan bergerak. Oleh karena itu hubby senang sekali saat mendapat kabar bahwa kuliah wifey dipotong satu semester. Meski hubby tetap amat sangat yakin akan bisa berangkat ke Eropa tahun ini. Semua hal yang baik harus dimulai dengan yakin bukan? :)

Teori relativitas pertama kali dicetuskan oleh Albert Einstein seorang yang kebetulan lahir di negara wifey berada saat ini, Jerman. Rumus teorinya sangat terkenal E=mc2. Energi adalah massa dikali kuadrat kecepatan cahaya. Dalam Edensor, sebuah buku yang memotivasi hubby untuk kuliah ke Eropa dan pergi keliling dunia, Andrea Hirata mengangkat cerita analogi eksperimen rel kereta Einstein. Jika hidup ini ibarat rel kereta, maka cahaya yang berkilat-kilat di atas gerbong berjalan adalah ibarat pengalaman hidup yang menggempur kita dari waktu ke waktu. Cahaya yang berkilat-kilat itu punya kecepatan absolut sementara gerbong yang bergerak itu mempunyai massa dan bergerak dalam waktu tertentu. Semuanya relatif.

Secara bahasa yang hubby karang sendiri, relatif itu dapat didefinisikan sebagai pengukuran suatu nilai dibandingkan dengan patokan nilai lainnya. Contohnya adalah waktu yang terasa lambat saat wifey tak ada namun terasa cepat saat wifey ada di sini. Contoh lainnya setiap orang pasti akan menikah. Namun meski rata-rata manusia tidak punya rupa seperti cantiknya bintang iklan sabun muka atau gantengnya aktor film laga (mereka berdua adalah streotype ganteng dan cantik bagi kebanyakan orang yang harusnya juga jadi ukuran memilih pasangan hidup) toh setiap orang pasti akan menemukan jodohnya selama ia tidak pilih-pilih secara berlebihan. Rupa itu adalah sesuatu yang relatif, setiap orang punya ukuran yang berbeda. Ada sesuatu hal yang lebih ultimate yaitu karakter yang dapat membungkus rupa. Orang yang tidak cantik bisa terlihat cantik jika karakternya baik dan orang yang cantik akan nampak semakin cantik lagi dan yang terakhir itu adalah wifey.

Kembali ke teori relativitas Einstein. Salah satu perdebatan fisikawan abad ini berkaitan dengan teori relativitas adalah mengenai kemungkinan diciptakan mesin waktu. Jika kita ingat film-film masa kanak-kanak, mesin waktu memungkinkan kita pergi ke masa lalu atau berangkat ke masa depan. Jika itu ada aku ingin mempercepat waktu hingga september nanti di mana wifey akan menunggu aku di salah satu kota di Eropa.

PS: I love you

Wednesday, March 28, 2012

Dear wifey - Wish for a baby

Dear wifey,

Masih ingatkah kamu saat aku pernah bercerita bertemu dengan pasangan Finlandia di MRT. Aku menebak mereka dari Finlandia melihat tag Fin Air di koper mereka. Lagi pula cukup nampak bahwa pasangan bule ini berasal dari negara dingin.

Hal yang paling menarik perhatianku saat itu adalah anak perempuan mereka yang sangat lucu. Umurnya sekitaran 5 tahun. Bermodel rambut seperti Dora berwarna emas pirang terang. Si anak perempuan ini didudukan di atas koper karena MRT sedang sangat penuh saat rush hour. Sementara si ayah menjaganya dengan penuh perhatian saat si ibu menjaga beberapa koper lain yang mereka bawa. Sesekali si anak bersenandung riang manja sambil melihat video anak-anak di smartphone yang ia pegang. Ayahnya terus memperhatikannya.

Salah satu tujuan utama sebuah pernikahan adalah meneruskan keturunan. Sebenarnya aku bukanlah tipikal orang yang terlalu senang anak kecil. Aku tidak terlalu suka menggendong-gendong atau bermain dengan anak orang. Namun sejak menikah hal itu sedikit berubah. Mungkin karena hormon kebapakan (adakah? :p) yang mulai muncul. Aku tetap tidak terlalu tertarik dengan anak orang lain. Aku hanya ingin punya anakku sendiri. Darah dagingku yang dilahirkan dari rahim istri yang ingin aku muliakan dunia dan akhiratnya.

Cerita tentang ayah Finlandia di atas melahirkan refleksi keinginan aku menjadi ayah yang dekat dengan anaknya. Ayah yang menjadi sahabat, menjadi pelindung, menjadi teladan, menjadi pendengar yang baik dan tetap disegani anak-anaknya. Wifey seharusnya tahu bahwa aku tidak mendapat sosok ayah seperti itu dan aku tak mau kesalahan itu berulang. I want to be greatest dad in the world!

Dear wifey, aku selalu berdoa mimpi itu dapat terwujud dalam waktu dekat. Pernikahan kita yang ajaib membuat keinginan luhur untuk punya anak harus sedikit ditunda. Insya Allah kita akan bersabar. Aku juga yakin Allah mungkin ingin kita lebih siap.

Aku sangat rindu untuk segera tiba pada masa wifey mulai ngidam. Wifey jadi ingin ini itu. Perut wifey yang mulai montok karena berisi bayi. Setiap malam aku ingin mengusap dan membelai perut wifey dengan lembut. Kita bercengkrama tanpa jenuh. Aku akan menjagamu dengan baik, menemanimu ke dokter kandungan, memasakanmu makanan sehat, membuatkan kamu susu dan apa pun yang bisa aku lakukan akan aku lakukan untuk wifey dan anakku.

Aku rindu untuk tiba di hari kelahiran anak kita kelak. Persalinannya akan berjalan lancar. Aku menemani dan menggenggam tangan wifey dengan lembut namun erat. Hingga akhirnya lahirlah buah cinta kita yang akan segera aku adzankan di telinga kanannya dan iqamah di telinga kirinya. Aku belum tahu mau memberi nama siapa. Namun lamida sebagai nama keluarga sudah menjadi trademark yang baik. :)

Semoga Allah selalu memberikan kesejahteraan dan kemaslahatan dalam kehidupan kita, dunia dan akhirat. Salam rindu dari seorang calon ayah pada bunda di Eropa. Tunggu aku di salah satu kota di Eropa beberapa bulan dari sekarang. Beberapa bulan setelahnya kita akan mulai membuat anak. ;)

PS: I love you

Tuesday, March 27, 2012

Wish for a Baby


Dear wifey,

Do you remember that I have met one Finn couple in MRT. I guest they're from Findland by seeing ther Fin Air tag in their luggages. Moreover it clearly seen that bule couple come from skandinavian country.

The most interesting thing was their cute daughter. Her age around 5 years. Her hair style was so funny, remind me to Dora the exploler but blonde. She was site at the top of her parents luggage because there was no more seat in MRT in that office hour time. Her father take care her with full attention while her mother take care their other luggages. Sometime this little girl sing a long while wathing children video in smartphone that she held (maybe her dad phone). Her dad kept wathing her.

One of the main aim of marriage is to maintain our decendants. I actually is not tipical man who like children. I don't like holding or playing with child of other people. But since get married it has changed little bit. Maybe because the father hormon (is an? :p). I still not too interest with child of other people. I just want to have my own baby from my wife tummy.

The story of this Finn father bring some reflection of my willing to be a father that can close with his children. Father who can be a friend, protector, model, good listener and be respected by his children. I want to be a greatest dad in the world!

Dear wifey, I alwasy hope that dream can be realized soon. Our uncommon marriage make that willing has to be postponed for a momment. Insya Allah will be patient. I think Allah also want us to be more prepared.

I always miss the time when wifey start to ngidam (cravings?). Wifey want many things, this, that, these and those. Your tummy get more chubby because there is a baby inside it. Every night I will fondle your tummy with care. We will talk so many thing every night without boring. I always keep you well, accompany you to doctor, cook for you, make you a milk or anything that I can do for my wife and my baby.

I will be miss the time when our baby will be born. The childbirth run smooth. I will be beside you and hold your hand firmly. Until our baby is coming out and immediately I adzan in baby's right ear and Iqamah in baby's left ear. I still don't know what the baby name will be, but lamida will be always good family name. :)

Hopefully Allah will be always give us wealth and happiness in our life, in this world and hereafter. Miss you so much. Please wait me in one of the city in Europe several months from now.

PS: I love you

Dear wifey - Langit

Dear wifey,

Semalam saat jalan pulang aku melihat bulan sabit. Langitnya tidak terlalu cerah, namun bulan nampak terlihat jelas. Saat mengingat langit aku jadi teringat beberapa momen.

Dulu saat kita belum menikah saat kita mulai sering telponan, pernah satu waktu aku telponan dengan wifey di tempat kos lama di sudirman sebelum aku memutuskan pindah kos agar bisa lebih dekat dengan (calon) wifey pada waktu itu. Aku menelpon di balkon sambil menatap langit. Pada waktu itu kita berbicara lama sekali. Mengobrol banyak hal. Terkadang sambil memuntir-muntir rambut dengan jari disertai muka merah jambu menikmati indahnya jatuh cinta yang tak akan pernah padam. Kemudian, sebelum wifey datang ke Singapura aku juga pernah melihat bulan purnama yang sangat sempurna. Setelah wifey sampai Singapura kita pun bercerita melihat bulan yang sama. Lalu terakhir, pada waktu itu Yang terbaru adalah terakhir kali kita pulang ke Jonggol sebelum wifey berangkat ke Jerman. Pasti kamu ingat padda waktu itu seturun dari angkot dan jalan ke rumah lepas tengah malam, langit cerah sekali dan jutaan bintang berkelip-kelip sangat jelas dengan indah.

Dulu aku sering percaya jika kita merindukan seseorang pandanglah langit. Sebab jika dia merindukan kita juga mungkin dia juga akan menatap langit. Hanya saja saat dulu kita akan menatap langit yang sama. Sekarang tidak. Saat aku melihat bulan mungkin wifey melihat matahari yang agak terik. Saat aku melihat awan putih di siang yang cerah dan teringat Cloud and Sheep mungkin wifey sedang melihat bintang dari jendela kamar.

Langit terkadang menjadi representasi sebuah mimpi. Gantungkanlah mimpimu atau cita-citamu setinggi langit. Begitu kata orang banyak. Setelah menikah dengan wifey aku sering mendapat banyak tambahan motivasi atas mimpi-mimpiku meski sebenarnya aku sudah mendapat mimpi terbesarku: wifey. Wifey itu ibarat salah satu bintang terterang di langit yang cerah. Selalu memberi inspirasi dalam kelembutannya. Insipirasi tersebut selalu membuat aku akan berusaha menuju ke langit menggapai mimpiku yang lain.

Langit pun terkadang menjadi representasi tempat kita kembali. Ya kita memang akan kembali ke kubur. Namun bukankah orang yang baik akan masuk ke surga? Aku tak tahu surga di mana, namun sepertinya di atas sana. Tak terjangkau akal manusia yang terbatas. Salah satu doa yang mulai sering aku panjatkan adalah agar kelak, kita bisa bergandengan tangan saat masuk ke surga dan kita mempunyai kemampuan memberikan syafaat orang tua kita.

Tunggu aku di salah satu kota di Eropa beberapa bulan dari sekarang di mana kita akan bergandungan tangan berjalan bersama mendatangi tempat-tempat yang indah.

PS: I love you

Ditulis di Rabu pagi yang indah di dalam kamar kosong sendiri.

Monday, March 26, 2012

Sweet Farewell

Dear Wifey,

It even not more than 24 hours has passed since you left, but I already feel so gloomy holding this enermous missing. even though we just get married for just 4 months, but slowly I start to believe that married is full of suffer, pain, sadness, ego and conflict!! But they all only 0.000001 percent compare to 99.999999 percent of full happiness, peacefullness and massive true love in holy marriage.

Dear wifey, although less than 1 year since we've met, more or less I think we feel already know since long time ago and our heart seems have been integrated. From there you supposed to know, behind my strange template face (jutek in Bahasa), there is lying super melancholic heart. Alhamdulillah last night when I escorted you to airport I could control my melancolic side. At least last night I was not crying in front of you. Just for you to know, last week after I accompanied you to Changi airport because you have to go home to Indonesia before go to Germany, I did silly think. On the way I went back to apartment, I stop by in Mydin Mosque in Kembangan. I was crying until my check fully wet because I really feel of loosing you.

Unfortunately, this happen again. I am not resilient enough. On the way I went home riding my motorbike to Jonggol until now when I am writing this letter I feel super gloomy. But the interesting side, when I start to write this letter on my phone, slowly that enermous missing like getting cured.

Dear wifey, don't missunderstand. Hopefully this letter will not transmit gloomy feeling to you. I promise will be a biggest supporter for you in pray and study in Ilmenau. I am sad but I am happy. I miss you but distance between us will not be an obstacle for us. We will always love each other as is we live side by side.

Please wait me at one of the city in Europe several months from now.

PS: I love you

Sunday, March 25, 2012

Dear wifey, sweet farewell

Ditulis saat otw from Jonggol to airport, 25 March 2012 di dalam angkot

Dear wifey,

Belum sampai 24 jam kamu berangkat, sudah tak karuan rasa hati menanggung kangen yang membludak. Meski baru 4 bulan pernikahan kita, perlahan aku pun mulai percaya bahwa menikah itu penuh kesusahan, tangis, ego dan konflik! Namun itu hanya 0.000001 persen saja dibanding 99.999999 persen kebahagiaan, rasa tentram, dan cinta hakiki yang melimpah ruah dalam pernikahan yang suci.

Dear wifey, meski kurang dari setahun kita berkenalan, sedikit banyak aku pikir kita masing-masing sudah merasa kenal sejak lama dan hati kita sudah saling terintegrasi. Seharus dari situ kamu pun tahu, jika dibalik muka jutek template aku tersimpan hati melankolis yang super melow. Alhamdulillah semalam ketika melepas kamu berangkat di airport aku bisa mengontrol sisi melankolis cengeng aku agar tidak lepas tanpa kendali. Setidaknya semalam aku tak sesegukan di depan wifey. Padahal untuk wifey tahu, minggu lalu setelah mengantar wifey ke Changi untuk pulang ke Jakarta, dalam.perjalan pulang ke apartemen aku mampir shalat Ashar di mesjid Mydin di kembangan dan sesegukan hingga pipi basah ketika merasa benar-benar kehilangan wifey.

Sayangnya rasa tabah semalam tak bertahan lama. Saat perjalanan pulang naik motor tengah malam ke Jonggol hingga saat aku menulis note ini aku benar-benar merasa super gloomy. Namun menariknya saat aku mulai mengetik notes di hp sambil berzikir sedikit-sedikit rasa sesak kangen yang tak tertahankan ini sedikit terobati.

Dear wifey jangan salah paham ya. Jangan sampai catatan yang aku buat ini justru membuat hati wifey galau. Aku berjanji akan menjadi penyemangat utama wifey dalam.beribadah dan belajar di Ilmenau. Aku sedih, tapi aku bahagia. Aku kangen namun jarak jauh antara kita tak akan menjadi pembatas bagi kita untuk bisa saling melepas kangen.

Tunggu aku di salah satu kota di Eropa beberapa bulan dari sekarang.

PS: I love u :')