Pages

Tuesday, April 24, 2012

Dear wifey - Bus Lover

Dear bunda,

Dari dulu aku senang naik bus. Mungkin karena dari dulu keluarga kami belum pernah punya mobil. Jadi jika mau kemana-mana harus naik angkot. Saat masa kelas 1 SD di Padang aku sudah naik angkot sendiri. Kelas 2 hingga kelas 4 aku numpang tinggal di maktuo di Gunung Sahari Jakarta. Aku jalan kaki ke sekolah karena sekolah ada di dalam kompleks. Kelas 5-6 aku pulang ke Jonggol. Aku jalan kaki lagi ke SD di dekat alun-alun Jonggol. Terkadang bapak juga mengantar naik motor. Semalam aku bermimpi bapak pulang ke Jonggol. I hate that dream.

SMP hingga SMA aku naik angkot lagi. Hanya 5 menit perjalanan. Lulus SMA aku dapat PMDK di UNJ. Aku jadi komuter Jakarta. Aku sempat sih kos 6 bulan saat magang mengajar di SMKN 26 Pembangunan Jakarta. Namun selain dari itu aku PP Jonggol - Rawamangun. Dari rumah aku naik angkot ke Cileungsi. Dari Cileungsi aku bisa ke UKI naik 56. Angkot UKI ini sangat tidak manusiawi. Satu angkot dijejali 26 orang. Dari UKI aku naik P57 Blok M - Pulo Gadung atau P300 Blok M - Rawamangun Mayasari reguler hijau dengan bangku fiber yang keras. Tarif saat pertama kali aku kuliah adalah 500 rupiah tentunya dengan mengatakan "mahasiswa". Penumpang biasa cukup membayar 1000 pada waktu itu. Ongkos pun naik menjadi 1500 kemudian 2000. Namun aku terus selalu berusaha membayar separuh tarif. Terkadang bisa cekcok panjang dengan kondektur. Bukan maksud aku untuk pelit. Namun karena uang aku selalu pas. Aku tak cukup pintar dan bahkan tak mengerti mengenai beasiswa pada waktu itu. Aku anak sulung dan saudara-saudara aku tak ada yang kuliah sehingga aku tak punya tempat bertanya. Sepupu-sepupu aku dari bapak Padang banyak yang kuliah. Namun pada waktu itu kami tak dekat dengan mereka.

Jika lewat rambutan aku naik P98 Kp Rambutan Pulo Gadung Mayari reguler hijau juga. Namun P98 punya bangku busa yang empuk. Itu pun kalau dapat duduk. Kalau duduk aku pasti tidur. Saat jam kuliah pagi bus ini mungkin disesaki hingga 100 orang, sebagian besar anak UNJ. Bahkan hingga pada bergelantungan di pintu. Dari Rambutan bus langsung masuk tol ke cawang dan lanjut tol dalam kota hingga baru keluar di rawamangun. Teman-teman seangkatanku sering berseloroh dulu. Kuliah kami benar-benar seperti jihad. Terutama yang gelantungan di pintu bus. Tak terbayang jika tangan pegal saat di tol. Pintu bus tak mungkin ditutup karena benar-benar penuh. Namun aku sendiri sih tak pernah gelantungan. Sebanter-banternya berdiri di tangga bus dan masih terbentengi beberapa teman yang bergantung di pintu. Kondektur akan berteriak IKIP IKIP saat bus tiba di kampus. Bus pun akan memuntahkan sebagian besar penunpangnya di sini.

Baik lewat UKI atau rambutan aku akan sampai di kampus setelah perjalanan 2 jam lebih. Jika kuliah jam 8, maka aku harus bangun jam 4.30 dan berangkat jam 5 shubuh. Itu aku lakukan setiap hari senin sampai jumat. Jika disuruh mengulang rasanya tak sanggup.

Menjelang lulus aku patungan dengan mama membeli motor. Waktu itu dari sisa mengajar dan sisa ikut lomba dan proyek penelitian dosen aku punya uang 2 atau 3 juta. Aku pakai untuk membayar dp motor. Honda Revo merah tahun 2007 atau 2008 aku lupa persisnya. Revo generasi pertama. Untuk cicilan bulanan aku ganti-gantian dengan mama. Setelah punya motor aku lebih sering ngampus naik motor. Apalagi di ujung-ujung menjelang lulus kebanyakan tinggal skripsi dan jauh lebih santai. Untuk mengajar privat pun jauh lebih mudah.

Selang 3 bulan lulus kuliah aku dapat kerja di IT konsultan yang berkantor di sebuah rumah di kebayoran. Aku pernah cerita kantor tersebut di sebelah rumah Alya Rohali. Setelah kerja aku selang-seling antara naik motor dan bus. Sejak tahun 2007, Mayari membuka beberapa trayek dari Cileungsi ke Jakarta. Salah satunya ke Blok M. Busnya cukup enak karena berAC. Meski tak jarang banyak pengamen anoying sepanjang jalan. Tetap butuh waktu 2 jam lebih hingga sampai kantor. Baik naik motor dan naik bus. Itu pun aku lakukan tiap hari hingga saat pindah ke NFS. Setelah satu bulan kerja di NFS aku menyerah. Aku kos hingga pindah ke Singapura. Kos pun sempat pindah dari Sudirman ke Blok M. Demi tujuan untuk bisa lebih mendekati calon istriku pada waktu itu.

Saat ini aku juga tengah di bus. Dan aku hampir sampai. Aku rindu sekali padamu sayang. Selalu ingin memelukmu saat kau bobo sangat lelap. Aku harus turun tak lama lagi.

Sampai ketemu di Eropa pada bulan September. Tak henti aku mengharap keajaiban untuk lulus beasiswa kominfo dan LOA dari TU Ilemau. I always want to be inspiring as my wife.

PS: I love you

No comments:

Post a Comment