Dear wifey,
Kali ini kita akan bercerita tentang anak-anak kita kelak. Salah satu tujuan utama pernikahan adalah meneruskan keturunan. Tak ada yang lebih membahagiakan dari orang tua mana pun dari pasangan pernikahan mana pun selain dari kehadiran buah hati di antara mereka. Apalagi menunggu anak yang pertama kali. Sebuah momen yang dengan sangat jujur aku bilang betapa aku tak sabar untuk sampai ke sana. Mengelus perutmu saat hamil. Hunting mencari hal-hal yang kamu pengen saat ngidam. Membelikanmu daster hamil. Menyuapimu makan sebab betapa aku ingin memanjakanmu. Menemanimu periksa ke dokter kandungan. Hingga menemanimu saat kelahiran bayi kita. Aku ingin ada di samping mu. Memegang tanganmu dengan erat. Kemudian langsung mengadzankan dan mengiqamahkan di kuping kanan dan kiri bayi kita.
Dear wifey, seperti yang aku cerita tadi, semalam ketika pulang kantor, aku tiba-tiba membayang-bayangkan seperti apa anak kita kelak. Hehe. Pasti wajahnya adalah kombinasi dari kita. Tidak, semua hal dari anak kita adalah kombinasi dari kita. Namun aku selalu berharap sebagian besar komposisinya adalah dari wifey. Sebab banyak sekali kebaikan dari wifey. Akhlak yang shaleha. Pembawaan yang lembut dan penuh cinta. Kesabaran yang luar biasa. Serta keceriaan yang tiada taranya. Bahkan aku juga ingin jika anak kita yang perempuan untuk bisa secantik bundanya. Sampai detik ini dan seterusnya, wifey adalah wanita tercantik bagi ayah, yang tak akan tergantikan oleh sesiapa pun dan apa pun.
Dear wifey, tiba-tiba pikiran aku terdistract saat menulis surat ini. Saat melihat istriku nampaknya hidungnya mampat. Dan hubby tidak bisa melakukan apa-apa di sini. Hubby tak bisa membuatkan wifey teh hangat. Hubby tak bisa memakaikan minyak kayu putih pada tubuhmu yang lembut. Hubby tak bisa menyelimutimu. Hubby tak bisa memeluk untuk menghangatkanmu. Hubby tak bisa memijiti punggung dan lehermu. Tiba-tiba merasa sangat sedih. Maafkan hubby tak bisa berada di dekat wifey. Tak bisa merawat wifey.
Walau klise dan berulang-berulang, hubby cuma bisa mengirimkan doa untukmu. Semoga Allah selalu merahmati istriku yang mulia ini. Istriku yang lembut hatinya. Seakan dadaku sekarang di jepit batu yang besar. Sesak. Aku benar-benar ingin berada di dekatmu. Aku ada di dekatmu. Aku bisa melihatmu dengan cukup jelas. Tapi aku tak dapat menggapaimu. Aku selalu sabar dan ikhlas terhadap semua ketetapan Allah. Termasuk saat Allah menjauhkan kita untuk sesaat. Sebab, seperti yang berkali-kali aku bilang juga, Allah pasti punya hikmah yang indah dari setiap rencananya.
Dear wifey, semoga kamu sehat selalu ya sayang. Hubby berjanji akan berusaha untuk tidak mengecewakan wifey lagi. Maafkan jika surat kali ini sedikit tak fokus.
Tunggu aku di Jerman pada bulan September. Aku ingin selalu merawat dan menjagamu. Dalam sehat dan saat sedikit kurang sehat, seperti pegal jari. ;)
PS: I love you, I miss you and I need you
No comments:
Post a Comment