Pages

Wednesday, April 11, 2012

Dear wifey - Run

Dear wifey,

Saat wifey di Singapura setiap pulang kantor aku pasti selalu berlari sekencang mungkin agar dapat segera sampai ke halte. Naik bus kemudian sampai di tujuan aku berlari kembali agar bisa lekas memeluk istriku. Setelah wifey pulang ke Jakarta dan berangkat ke Jerman, aku hampir tak pernah berlari lagi.

Salah satu film favoritku adalah Forrest Gump. Dibintangi Tom Hanks meski film ini sangat barat sekali dengan nilai-nilai liberalnya, namun banyak sekali pesan moral yang disampaikan.

Setelah ibu Forrest meninggal, Forrest tak tahu harus melakukan apa. Pada akhirnya ia memutuskan untuk berlari. Ia berlari tanpa arah. Berlari ke mana ia mau. Ia hanya berhenti saat ia tak bisa berlari lagi. Biasanya saat ia tiba di pinggir laut. Setelah itu ia berbalik arah dan berlari lagi. Dari barat ke timur dan dari timur kembali ke barat. Tanpa tujuan spesifik, hanya untuk melampiaskan rasa bebas sambil pikirannya yang terbatas terus menerawang.

Aku ingin berlari seperti Forrest. Namun jika Forrest berlari tanpa arah, aku ingin selalu berlari menuju istriku. Aku ingin berlari ke Jerman. Mungkin baru beberapa bulan kemudian aku sampai. Aku hanya ingin memelukmu dengan sangat lama.

Jangan khawatir sayangku, statement satu paragraf di atas hanyalah buah pikiran galau. Insya Allah aku masih cukup waras untuk tidak segila itu. Insya Allah semoga aku dicukupkan rezeki untuk cukup membeli tiket pesawat. Insya Allah semoga Allah berkenan meluluskan beasiswa aku. Pernyataan tadi Itu adalah salah satu bentuk ekspresi bahwa aku sangat rindu kamu.

Wifey sayang, aku selalu kangen Punggol Park. Allah itu Maha Baik berkenan memberi tempat yang nyaman sekali untuk kita tinggal bersama meski sesaat di Rivervale. Aku selalu ingat saat kita pernah berkejar-kejaran di minggu pagi pertama wifey di Singapura di Punggol Park. Jadi pada waktu itu jauh-jauh membawa sepatu rebook ternyata hanya dipakai satu kali ;).

Momen lari yang juga tak akan kulupa adalah saat kita mengejar-ngejar bus ba'da shalat untuk mengejar jam nonton. Pada akhirnya filmnya justru membosankan. Aku menyesal hingga kini, saat betapa aku lalai dalam memberlakukan istriku dengan baik. Tega sekali aku waktu itu mengajak kamu berlari-lari hanya.untuk sebuah film. Maafkan aku untuk kebebalan hatiku. Namun dari momen itu aku semakin sadar, betapa engkau adalah istri yang nyaris sempurna. Tak pernah kurang kelembutan dari sikapmu. Tak pernah lalai sedikitpun dalam menjaga perasaan suamimu. Tak pernah kurang kamu selalu bersabar.

Dear wifey bus sudah hampir sampai Farrer Park. Aku harus bersiap turun. Namun setelah turun aku tak perlu berlari. Tak ada kekasih hatiku yang bisa kupeluk di rumah. Biarlah rasa kangen ini dibawa angin yang berlari hingga Jerman.

Tunggu aku di Ilmenau saat musim dingin di bulan September. Aku tak tahu apakah kita bisa berlari di musim dingin, namun aku ingin berlari bersamamu.

PS: I love you

Written on the bus, on the way home.

Singapore, 11 April 2012

No comments:

Post a Comment