Pages

Wednesday, June 13, 2012

Dear wifey - Ketika Tak Tahu Mau Berdoa Apa

Dear Bunda,

Kemarin sore aku mengalami sebuah perasaan aneh. Namun perasaan tersebut sudah familiar. Karena aku sudah mengalaminya berkali-kali. Rasanya tidak nyaman dan tidak enak. Itulah rasanya kebelumberhasilan (aku mencoba untuk tidak menyebut itu dengan kegagalan).

Perasaan anehnya itu mulai muncul saat aku shalat ashar. Seperti biasa ba'da shalat, sejak beberapa bulan ini, aku nyaris tak pernah langsung lompat dari sejadah. Aku pasti selalu berdoa dari kadar biasa hingga terkadang sampai sangat khusyu. Aku hanya ingin bercerita yang aku rasa. Bukan menyesali, bukan tidak ikhlas dan bukan untuk riya. Ada masanya ketika kadang aku pernah shalat hajat hingga 3 atau 4 kali sehari. Sejak beberapa bulan ini juga aku nyaris tak pernah lewat shalat malam. Biasanya aku awali shalat hajat 2 rakaat lalu dilanjutkan shalat tahajud 8 rakaat. Setiap selesai 2 rakaat shalat tahajud aku berdoa. Pagi hari sebelum berangat aku pun pasti selalu menyempatkan shalat dhuha, setidaknya 2 rakaat. Demikian juga, setelahnya aku berdoa. Biasanya aku berdoa template yang kata-katanya bahkan sampai aku sangat hafal karena aku ucapkan ucapkan 5 kali sehari dan lebih ditambah dengan shalat-shalat sunah tadi. Hampir tak pernah terlewat setiap shalat.

Sore setelah ashar kemarin ba'da shalat, tiba-tiba aku bingung mau melakukan apa. Aku bingung mau minta apa. Sebab aku merasa Allah sudah memberi apa yang aku pinta. Meskipun jawaban tersebut adalah versi less preferrednya dari yang aku mau. Aku bukan sombong tak mau berdoa lagi. Namun hingga tadi dini hari aku tak tahu harus berdoa apa lagi. Oleh karena itu tadi sempat segan bangun malam. Ini bukan sebuah kesombongan. Aku juga sadar ini semua bagian ujian mungkin Allah masih ingin melihat kesungguhan aku. Tak akan pernah ada cerita manusia yang tak butuh pada Tuhannya. Namun yang aku alami ini adalah kegamangan.

Sejak jauh hari aku sudah sadar konsekuensi dalam berharap. Ada 2 kemungkinannya. Harapan terkabul atau harapan tertunda. Sekuat-kuatnya aku mempersiapkan diri atas segala konsekuensi yang akhirnya muncul, seberusaha untuk ikhlas, tawakal dan tak kecewa, namun tetap saja rasa seakan tulang melumer dan otot seperti mengkerut itu aku rasakan lagi. Hanya saja kali ini aku lebih berusaha untuk menekan semua perasaan jelek yang muncul. Aku lebih berusaha mengalihkan ke sesuatu yang lain. Pergi ke perpustakaan. Mau mulai rutin menulis. Mau lebih banyak membaca. Tapi ada sedikit perasaan kecil yang menarik aku untuk berhenti bermimpi. Perasaan itu memanggil-manggil aku untuk berhenti mencoba. Semuanya terlalu melelahkan. Terkadang aku sedikit menyesal, kenapa harus diundang wawancara. Setidaknya jika tak diundang wawancara kekecewaannya mungkin tak sebesar ini. Namun aku tahu aku salah. Itu hanya sebuah perasaan jelek kecil yang muncul. Apa pun yang sudah terjadi dan yang akan terjadi ini yang terbaik. Seberat-beratnya semua yang sudah terjadi pun aku tetap tak ingin berhenti. Aku ingin terus mencoba lagi mengejar apa pun yang aku inginkan. Meski terkadang semuanya tak semudah di kata.

Bunda aku mau mengucapkan terima kasih untuk email bunda tadi pagi. Setiap surat bunda, meski pendek namun selalu menusuk relung hati aku. Kemarin sore semangat aku ada di level 5percent. Tadi pagi dini hari waktu singapura semangat aku hanya di level 2percent. Namun saat bunda berusaha membangunkan aku tak sengaja aku membaca email yang sudah bunda kirim. Seketika semangat aku naik setidaknya ke level 55percent. Terima kasih untuk dukungan tanpa henti yang selalu bunda berikan. Terkadang aku merasa malu sudah menjadi egois. Selalu diperhatikan bunda. Namun aku tak tahu apakah aku sudah memberikan perhatian yang layak pada bunda? Yang pasti dari waktu ke waktu cinta aku semakin besar padamu. Dari waktu ke waktu aku tak pernah ingin berpisah dari bunda di dunia dan akhirat.

PS: I love you

No comments:

Post a Comment