Dear Bunda,
Please read carefully to avoid any missunderstanding.
There's supposed to be no limit for particular thing. Patient and love for example. I will prove that to you. I will stop for being too verbose and too much demanding. I will keep silent for whatever thing unnecessary to talk. Because likely talk to much only will make you feel offended. But I will make sure will not to do any single thing that make you tired of guessing. I will try to walk the talk. Only for one thing, a greater good. Our marriage.
Honestly I feel like an alien for this few days. I feel that I don't recognize you anymore when we are in conflict and I think maybe you feel the same way to me. Same feeling like in our wedding day at January. I hate this feeling so much :'( and it happened again.
Financial interdependently is also supposed to be not something to mention. I fully realize that I cannot support you financially since the beginning of our marriage. Your words was not a wrong statement but not wise to said. Inside a marriage if one of the side start to feel independent, superior and can do something by himself or herself then almost no poin anymore for togetherness. Aku hanya ingin mengingatkan masalah ini agar kita bisa saling belajar dalam bersikap dan bisa saling mengkoreksi, meskipun bisa jadi pengkoreksinya pun salah. ;)
Setiap pernikahan pasti akan mendapat ujian. Saat Allah semakin sayang pada suatu pasangan maka mungkin Allah akan mengujinya dengan ujian yang lebih besar. Conflict will be very difficult to resolve if every of us keep seeing something from his or her own perspective. I fully understand for everything you've said from your mail. Thank you so much for that. That's why I want to learn how to see something from your perspective. Especially because, finally you already set your limit, then I will make sure to make you not passed that limit. Because I cannot imagine what's going on if that limit break.
Semoga ada keindahan dibalik setiap ujian. Saling mendukung, saling kondusif, saling membantu dalam setiap keadaan dan bukan sekedar dalam kondisi sulit saja. Insya Allah tak ada limit bagiku untuk mencintai kamu dan untuk bisa bersabar terhadap kamu. Justru aku ingin menambah limit sabar menjadi tak terhingga dan benar-benar serius untuk belajar lebih dewasa. Dengan semua masalah yang terjadi ini tak pernah sedikit pun berkurang rasa cintaku. Aku justru semakin merasa cintaku semakin besar dan rindunya juga semakin bertumpuk. Ingatkah salah satu poin penting yang diwasiatkan orang tua kita mengenai pernikahan? Pernikahan itu masalah menyiasati perbedaan dan bukan mencari persamaan. Konflik pun terjadi karena masing-masing dari kita melihat sesuatu dari kaca mata yang berbeda. Oleh karena itu aku ingin meminjam kacamatamu dan belajar melihat dari sana.
Aku juga lebih sadar bahwa aku penuh dengan kekurangan. Aku pun memohon maaf sebesar-besarnya masih tak bisa menjadi sosok ideal yang kamu dambakan. Tapi aku ingin terus belajar menjadi sosok ideal bagimu. Jangan pernah canggung dan takut melangkah dalam beraktivitas dan berpergian. Aku pun sadar masalah beberapa hari ini justru dipicu oleh aku sendiri. Berjuta maaf dari suami ini untuk istrinya. Untuk terlalu banyak membawa kekecewaan, kesedihan dan mungkin penyesalan dalam hati istrinya. Meski subjectnya kontra dengan subject bunda, surat ini tak bermaksud mendebat. Aku harap bunda tak tersinggung. Semoga kita bisa belajar terus untuk saling memahami.
PS: I love you
No comments:
Post a Comment