Pages

Tuesday, May 22, 2012

Dear wifey - Ketidakmatematisan Rejeki

Dear Bunda,

Aku selalu sedih jika pulang ke Jakarta sejak bunda berangkat ke Jerman. Padahal dulu aku selalu girang tak terkira sebab aku bisa bertemu bunda di Jakarta. Aku masih sering ingat saat lari-lari naik turun MRT menarik-narik koper kosong sepulang kantor menuju Changi airport. Terakhir kali aku masih ingat jelas saat bunda menjemput aku di bandara 2 hari sebelum bunda berangkat. Aku rindu bunda :'(.

Sayang, dulu aku sering tak percaya jika rejeki itu tak selalu matematis. Sejak tahu aku tak diundang wawancara gelombang pertama beasiswa kominfo tahun 2011, aku sempat patah arang mengejar beasiswa. Namun aku malah berpikir untuk kuliah sambil kerja saja di Jakarta. Aku sempat mau mendaftar Teknik Informatika UI kelas ekstensi. Aku bahkan sudah merancang rencana finansial untuk membiayai kuliah tersebut. SPP S2 Teknik Informatika UI kira-kira 60 juta untuk 4 semester. Jauh lebih mahal mungkin jika dibanding dengan kampus bagus di Jerman sekali pun. Aku merancang rencana finansial dengan cukup detail. Aku bahkan sudah rela untuk mengurangi jatah makan dan jajan demi bisa segera kuliah. Aku bertanya pada beberapa teman-teman untuk mencari saran dalam mengeksekusi rencana ini. Pada waktu itu aku belum kepikiran nikah karena pada waktu itu belum kenal bunda.

Lucunya, tak lama dari semangat yang menggebu-gebu tersebut aku justru diundang wawancara kominfo gelombang kedua. Di sanalah kita bertemu. Setelah kenal dan semakin dekat, akhirnya prioritasku sedikit bergeser. Akhirnya kita menikah pada bulan November. Penyelenggaraan pernikahan tersebut berjalan dengan sangat sempurna meski padahal jika dirunut secara rasional aku masih terheran-heran sampai sekarang, bagaimana mungkin itu semua bisa tercapai padahal saat mengikrarkan niat untuk menikah aku hampir tak punya uang. Itulah Maha Kayanya Allah.

Oleh karena itu aku sangat tidak setuju dengan apa yang bunda khawatirkan semalam. Aku tidak merasa bangkrut. Memang kita masih agak merangkak. Namun kita akan terus berjalan berdua. Rejeki tidak bisa dihitung matematis, Insya Allah setiap dari kita ada rejeki masing-masing. Kelak baby-baby kita pun ada rejekinya masing-masing. Namun tentu saja semua itu harus ada upayanya. Oleh karena itu semalas-malasnya aku, masih suka meluangkan waktu belajar untuk enhance teknikal skill yang menjadi pedang dalam mencari nafkah. Kelak aku pun tak mau membatasi bunda dalam berkarya. Ingin bekerja di mana pun dan menjadi apa pun tak pernah aku akan membatasi asalkan masing-masing sadar hak dan kewajibannya. Namun harus diingat, tak pernah ada boleh perasaan merasa independen. Kita team, kita partner, harus saling kolaborasi dan bekerja sama. Tak ada yang lebih hebat dan tak ada yang lebih unggul.

Dulu aku membayangkan bulan keenam kerja di Singapura sudah akan mempunyai tabungan cukup. Namun fakta yang beda sekarang ini tak membuatku kecewa sedikitpun juga. Semua itu ada prosesnya. Tak bisa instan. Menabung memang harus dipaksa. Insya Allah ingin bisa mulai dari sekarang sambil menyicil sisa kewajiban-kewajiban hutang kita. Maafkan aku yang "menyeret" bunda ke jenjang pernikahan dalam kondisi finansial yang terlalu matang. Namun aku pikir ini akan menjadi salah satu indahnya pernikahan kita yang akan kita kenang selamanya. Kita akan selalu mengingat, betapa mudahnya aku desperate dalam menghadapi masalah, namun bunda selalu menyemangati aku berkali-kali. Kita juga akan selalu mengingat bagaimana bunda merasa bersalah dalam kondisi finansial kita, padahal faktanya perasaan tersebut tidak benar adanya. Kita baru menikah, kita sama-sama masih belajar. Belajar tidak harus melulu dari kesalahan. Kita bisa belajar dari mana pun. Dari buku, dari teman.

Aku benar-benar ingin bisa mulai menabung. Tak pernah berhenti belajar dan berkarya. Namun apa pun yang aku lakukan aku ingin selalu melakukannya dengan bunda. Dengan penuh harap, aku memohon bunda berkenan selalu mengkoreksi dan menasehati aku. Lembutnya sikap bunda adalah salah satu kebahagian terbesar yang tak tergantikan oleh harta apa pun. Bunda adalah harta terindahku.

Tunggu aku di Ilmenau ya sayang, dalam waktu yang sangat dekat. Semoga Allah selalu memudahkan rejeki kita. Ayah sayang bunda.

PS: I love you

No comments:

Post a Comment